Ponorogo, – Di balik tembok rumah sederhana berukuran 6x10 meter di Mangkujayan, Ponorogo, puluhan piala dan piagam penghargaan tersusun rapi. Itulah bukti nyata perjuangan Avan Ferdiansyah Hilmi (18), siswa SMAN 1 Ponorogo yang berhasil lolos ke Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Avan bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Ayahnya, Eko Yulianto (45), hanya seorang penjual es keliling, sementara ibunya membantu berjualan kecil-kecilan. Namun, keterbatasan ekonomi tak menyurutkan tekadnya untuk meraih mimpi.
Prestasi Gemilang Tanpa Bimbingan Les
Sejak SD, Avan telah menunjukkan bakat akademik yang menonjol. Tanpa mengikuti les privat, ia mengandalkan belajar mandiri dan disiplin tinggi. Prestasinya pun mencolok, antara lain:
Juara Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat provinsi dan nasional
Delegasi Ponorogo di berbagai kompetisi sains
Ratusan piala dari lomba akademik tingkat kabupaten hingga nasional
"Saya memang sengaja fokus ke SNBP karena ingin masuk ITB. Jadi, sejak kelas X, saya berusaha maksimal di nilai rapor dan ikut lomba-lomba yang relevan," ujar Avan saat ditemui di rumahnya.
Belajar di Sela Bantu Orang Tua Berjualan
Meski sibuk dengan akademik, Avan tak lupa membantu orang tuanya berjualan es keliling. Ia terbiasa membagi waktu antara belajar, ikut lomba, dan membantu usaha keluarga.
"Kalau pulang sekolah, kadang bantu siapkan dagangan. Malamnya baru belajar. Tapi saya selalu targetkan minimal 2-3 jam tiap hari untuk review pelajaran," ceritanya.
Impian di ITB dan Tantangan Biaya Kuliah
Avan memilih Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, sesuai passion-nya di bidang geosains. Namun, biaya kuliah yang tinggi menjadi tantangan baru.
Keluarga Avan kini mengandalkan KIP-K (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) untuk meringankan Uang Kuliah Tunggal (UKT). "Alhamdulillah sudah diajukan. Kami sedang menunggu verifikasi dari kampus," kata Eko, ayah Avan.
Inspirasi bagi Pelajar Indonesia
Kisah Avan membuktikan bahwa prestasi tidak ditentukan oleh latar belakang ekonomi. Dengan tekad kuat, kerja keras, dan dukungan keluarga, siapa pun bisa meraih mimpi.
"Tidak perlu malu dengan kondisi. Yang penting punya semangat dan target jelas. Saya yakin banyak anak Indonesia seperti saya yang bisa sukses asal mau berusaha," pesannya.

Penulis: Muchtar
Editor: Sugeng Prasetyo
Terbit: