Klik Disini
PONOROGO – Upaya pemerintah memberantas praktik beras oplosan mulai berdampak pada harga dan ketersediaan beras di sejumlah daerah, termasuk di Pasar Legi, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Polri gencar menindak pedagang besar yang mencampur beras premium dengan kualitas di bawahnya. Namun, isu tersebut membuat harga beras di pasaran perlahan merangkak naik.
“Harga mulai naik sejak muncul isu beras oplosan pada merek tertentu,” ujar Rafi Nur Fauzi, pedagang beras di lantai 2 Pasar Legi Ponorogo, Rabu (13/8/2025). Ia menyebut, kenaikan harga terjadi hampir setiap pekan.
Menurut Rafi, pada Juni lalu harga beras medium masih berkisar Rp 12.000–Rp 12.500 per kilogram. Kini, harganya sudah mencapai Rp 13.000–Rp 13.500. Sementara untuk beras premium, yang sebelumnya dijual Rp 13.000–Rp 13.500, kini menembus Rp 14.000 per kilogram.
Tak hanya harga yang naik, daya beli pun melemah. Rafi mengaku biasanya mampu menjual hingga 1 ton beras per hari, namun kini setengahnya saja sudah dianggap pencapaian bagus.
Selain itu, konsumen menjadi lebih berhati-hati saat membeli. “Kalau dulu beli beras ya langsung ambil saja, sekarang mereka teliti betul. Ada rasa khawatir,” jelasnya.
Di sisi pasokan, kondisi juga berubah. Jika sebelumnya penggilingan lokal bisa memasok 2–3 kali seminggu, kini pasokan lebih jarang dan harus menunggu ketika stok habis.
Sementara itu, pemerintah terus menindaklanjuti kasus beras oplosan. Beberapa pengusaha beras besar telah ditetapkan sebagai tersangka. Sebagai bentuk perlawanan, sebagian produsen menghentikan produksi, memicu kekhawatiran akan kelangkaan. Satgas Pangan pun telah merilis sejumlah merek yang diduga terlibat praktik kecurangan tersebut.
